Translate

Kamis, 17 Januari 2019

Tips Menulis: Excuse No, Action Yes

Ilustrasi, Celoteh Literasi 
Oleh: MUCH. KHOIRI_

JIKA Anda ingin menjadi penulis profesional, Anda boleh melakukan introspeksi: apakah sudah mengamalkan rutinitas menulis? Jika sudah, tetapkan komitmen untuk mempertahankan dan meningkatkannya. Sebaliknya, jika belum, wawancarai diri sendiri, dan jawablah dengan jujur, sebenarnya mengapa Anda belum menulis?

Apakah Anda tidak punya bakat? Alasan tak berbakat, kini tidak laku, Sodara. _Alasan basi tau gak sih._ Meski ada iurnya, bakat itu hanya sedikit dari potensi orang untuk menekuni sesuatu, termasuk menulis. Dosen sastrawan UI, Dr. Abdul Hadi WM menyebut, kemahiran menulis dipengaruhi bakat 5%, keberuntungan 5%, serta kesungguhan dan keuletan 90%. Jadi, jangan bicara bakat. Setiap orang berbakat untuk melakukan segala hal, termasuk menulis. Namun apakah dia punya niat atau kemauan memupuk dan mengembangkan bakat itu, itulah yang lebih menentukan.

Alasan waktu? Anda punya 24 jam dalam sehari-semalam, sama dengan mereka yang telah menulis. Anggaplah Anda bekerja 8 jam sehari, tidur 8 jam, bersama keluarga 4 jam, masih ada 4 jam, bukan? Jika waktu tidur dikurangi 2 jam, Anda punya waktu yang cukup longgar untuk merancang tulisan, bukan? Mungkin, malam ini Anda lembur, berarti besok malam ada waktu lagi tersisa untuk Anda juga besok malam berikutnya. Andaikata mau keluar dari zona nyaman saja, waktu bukan alasan untuk tidak (belajar) menulis.

Atau mungkin alasan kesibukan? Maaf, semua orang sibuk, karena semua orang juga mencari kesibukan. Cukup banyak teman guru atau dosen yang mengaku sibuk, sehingga tidak sempat menulis. Selalu saya tanya, berapa jam waktu tercurah untuk tugas-tugas yang terkait mengajar, penelitian dan pengabdian. Setelah dihitung secara cermat, ternyata mereka masih kalah sibuk dibanding teman-teman guru atau dosen penulis. Para guru dan dosen penulis ini pintar mengelola waktu; itulah kunci pentingnya.

Lalu, hobi? Mungkin Anda beralasan karena tidak punya hobi menulis. Cobalah cermati, siapa yang berhobi mencangkul, beternak lele, menjadi kuli, dan sebagainya? Tidak ada, meski nyatanya ada orang yang harus hidup dengan mencangkul, beternak lele, atau menjadi kuli. Begitulah, hobi itu laksana bakat, setiap orang punya benih hobi. Namun, manakah yang dikembangkan (berkat nilat, latihan, dan lingkungan), itulah yang berkembang. Jika sekarang Anda seorang guru, politisi, pedagang, atau ulama mulai belajar menulis, maka hobi menulis Anda akan berkembang.

Keterampilan menulis? Baiklah, Anda hampir benar, namun masih salah. Alasan ini juga lemah. Keterampilan menulis itu bisa berkembang kalau diasah setiap hari. Metode belajar menulis yang terbaik adalah menulis, menulis, dan terus menulis. Saya telah membahas hal ini di dalam buku saya *Rahasia TOP Menulis* (Elex Media Komputindo, 2014).

Dengan begitu, secara (tak) sadar, Anda terbiasa dengan keterampilan menuangkan gagasan, mereka-reka bentuk tulisan, dan memainkan bahasa Anda.  Selain itu, toh ada penulis atau guru bahasa yang bisa membantu Anda untuk mengasah keterampilan ini.

Sekarang, mungkin fasilitas semisal meja kerja atau laptop? Ini alasan yang setengah dibuat-buat, bukan? Jika ada niat kuat, menulis di manapun jadi. Alat tulis, juga demikian, tak ada laptop atau HP, mesin ketik pun jadilah. Tulis tangan pun tidak ada yang menghukum. Pengarang Mesir, Naguib Mahfouz, menulis dengan mesin ketik selama 40 tahun lebih bukan di tempat yang mapan; sering kali dia menulis di meja dapur di rumahnya yang sederhana. Soekarno, sang proklamator itu, juga menulis sejumlah lakon drama saat diasingkan di Ende, Flores, selama 4 tahun 9 bulan 4 hari.

Sebenarnya, jika dikejar terus, masih ada sederet alasan yang tidak kuat, yang kelihatannya manjur sebagai tameng Anda. Namun, jujur, boleh dikata, semua itu hanyalah kilah ( _excuse_) belaka. Semua kilah digunakan untuk alibi, hanya untuk membenarkan Anda untuk tidak menulis. Inilah _excuse_ yang memanjakan Anda, yang tetap membenamkan Anda dalam zona nyaman, padahal Anda sadar bahwa sehebat apapun manusia dia akan dilupakan orang jika tidak menuliskan pikiran, ucapan dan tindakan.

Ya, jika dikejar terus, ujung-ujungnya akan ketahuan, bahwa orang tidak menulis karena memang belum ada niat atau kemauan untuk menulis. Kesempatan juga belum terbuka dan dibuka. Mungkin Anda juga berada pada posisi ini. Anda mungkin belum punya niat untuk menulis karena tidak menemukan manfaatnya. Padahal banyak manfaat berkat menulis: membebaskan, menyehatkan, menyembuhkan, mendatangkan uang, dan sebagainya; namun Anda masih memandang, menulis itu mubasir.

Warisan! Jika manfaat-manfaat itu tidak mempan untuk mengetuk pintu hati Anda, cobalah ini: Buku sebagai warisan! Ya, mulai sekarang, bagaimana kalau Anda menulis sebuah buku saja untuk warisan anak-cucu? Buku adalah harta warisan pengetahuan yang abadi, dan bahkan berkembang dengan menginspirasi banyak orang, termasuk anak-cucu Anda. Nama Anda akan kekal di alam pikiran dan hati mereka. Bayangkan air mata kebanggaan mereka tatkala menemukan buku Anda berguna bagi mereka.

Karena itu, mulai sekarang, singkirkan _excuse_. Lenyapkan alasan untuk tidak menulis. Bangun niat dan wajibkan diri untuk (belajar) menulis. Ciptakan kesempatan untuk menyuburkan niat dan aksi wajib menulis. Menulis, menulis, dan terus menulis. Kalau ada fluktuasi dalam jumlah tulisan, tidak apa-apa, namun jangan sampai niat menulis tidak tumbuh atau mati selamanya. _Excuse No, Action Yes!_[]

_Much. Khoiri hanyalah penggerak literasi, editor, dan penulis 34 buku dari Unesa Surabaya. Artikel ini pendapat pribadi._

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html